Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menegaskan bahwa diperlukan kesediaan investor dalam negeri untuk berperan sebagai market maker dan liquidity provider guna memperbaiki kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurutnya, peran ini dapat dijalankan oleh institusi nasional yang memiliki dana kelolaan besar, seperti BPJS Ketenagakerjaan dengan dana sekitar Rp800 triliun, serta lembaga dana pensiun nasional seperti TASPEN dan dana pensiun BUMN. Market maker berfungsi menjaga stabilitas harga saham dengan membeli dan menjual aset keuangan, sedangkan liquidity provider berperan dalam meningkatkan likuiditas pasar dengan memfasilitasi transaksi.
Selain peran investor institusional, Budi juga menyoroti perlunya pemerintah untuk meninjau kembali proyek-proyek ambisius yang dapat membebani kondisi fiskal negara dan keuangan BUMN. Ia menilai bahwa kebijakan yang tidak realistis justru dapat memperburuk situasi ekonomi dan memperlemah kepercayaan pasar. Pendapat ini diperkuat oleh Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, yang menekankan bahwa kepastian kebijakan dan hukum sangat diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan investor. Menurutnya, berbagai kebijakan yang berpotensi merugikan, serta isu-isu yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat, sebaiknya dikurangi agar pasar kembali stabil.
Kondisi IHSG yang terus melemah juga tercermin dalam keputusan Bursa Efek Indonesia untuk menghentikan sementara perdagangan (trading halt) setelah indeks turun lebih dari 5 persen pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Pada akhir sesi pertama, IHSG merosot 6,12 persen atau 395,87 poin ke level 6.076,08, sementara indeks LQ45 turun 5,25 persen ke posisi 691,08. Pada penutupan perdagangan sore harinya, IHSG masih mencatatkan pelemahan sebesar 3,84 persen ke level 6.223,39, dengan indeks LQ45 turun 2,79 persen ke posisi 709,01.