Mengungkap Alasan di Balik Tindakan Guru Sragen Gunting Seragam Siswa

Belakangan ini, video yang menunjukkan seorang guru di SMP PGRI Sukodono, Sragen, yang menggunting seragam salah satu siswanya, menjadi viral. Setelah video tersebut tersebar, pihak sekolah, guru, dan orang tua siswa memberikan penjelasan terkait kejadian tersebut. Berikut adalah kronologinya.

Dalam video yang diunggah melalui akun Instagram @pembasmi.kehalusan.reall pada Selasa (22/4), terlihat seorang guru perempuan yang sedang memotong seragam kemeja putih milik seorang siswa. Terdapat coretan di bagian belakang seragam tersebut.

Kepala SMP PGRI Sukodono, Sragen, Sutardi, meminta maaf terkait viralnya video tersebut. Ia menjelaskan bahwa kejadian itu berlangsung di sekolahnya pada 17 Februari yang lalu.

“Namun, perlu diketahui bahwa kejadian ini sudah mendapatkan izin dari orang tua siswa. Bahkan, tindakan ini dilakukan atas permintaan orang tua,” jelas Sutardi kepada wartawan di SMP PGRI, Sragen, pada Selasa (22/4/2024).

Sutardi menambahkan, bahwa tindakan tersebut bukanlah keputusan sepihak dari pihak guru, melainkan sudah melalui komunikasi yang matang dengan orang tua. Dia menyebutkan siswa tersebut telah melakukan pelanggaran berulang kali, hampir 8-9 kali, yang menjadi alasan pihak sekolah mengambil langkah tersebut.

Selain itu, Sutardi menjelaskan bahwa seragam yang dipakai oleh siswa itu bukanlah seragam resmi sekolah tersebut, melainkan seragam dari sekolah sebelumnya, meski pihak sekolah sudah beberapa kali memberikan peringatan.

“Siswa tersebut memang sudah diberikan seragam baru, namun menolak untuk memakainya karena menganggap seragam lamanya lebih keren. Akhirnya, orang tuanya menghubungi kami dan meminta seragam itu dipotong,” ungkap Sutardi.

Keterangan dari Guru Guru yang mengampu pelajaran Seni Budaya dan PPKN di SMP tersebut, Anggrek Anggraini, juga memberikan klarifikasi terkait tindakan pengguntingan seragam tersebut.

“Saya mohon maaf atas kesalahan saya. Seharusnya video tersebut tidak saya unggah. “Saya hanya merekam kejadian tersebut atas permintaan orang tua siswa,” ujar Anggrek saat ditemui di SMP PGRI Sukodono, Sragen, pada Selasa (22/4).

Anggrek menjelaskan bahwa video itu diunggah sebagai bukti kepada orang tua siswa.

“Saya hanya ingin memastikan bahwa saya telah melakukan sesuai permintaan orang tua, yaitu memotong seragam siswa tersebut. Coretan di seragam itu cukup mengganggu dan dianggap tidak pantas,” lanjutnya.

Guru tersebut juga mengungkapkan bahwa siswa itu memiliki beberapa catatan buruk, seperti sering bolos dan tidak mendengarkan teguran. Anggrek menyatakan siap menerima sanksi terkait tindakannya mengunggah video tersebut.

Penjelasan dari Dinas Pendidikan Tri Giyanto, Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Sragen, menyebutkan bahwa Anggrek masih dalam masa magang dan belum resmi menjadi guru tetap.

“Dia masih kuliah semester enam dan belum memenuhi syarat administrasi untuk menjadi pengajar penuh,” jelas Tri. Meski Anggrek sudah mendapatkan izin dari orang tua siswa, menurut Tri, tindakan tersebut tetap melanggar kode etik guru.

“Seorang guru seharusnya bertindak profesional dan memberikan teguran di luar pandangan umum. Tindakan tersebut sebaiknya dilakukan di ruangan privat, bukan di depan publik,” lanjut Tri.

Tri juga menambahkan bahwa pihak Dinas Pendidikan akan memberikan teguran kepada pihak sekolah mengenai prosedur yang lebih baik untuk menangani kasus serupa di masa depan.

Pernyataan Orang Tua Siswa Ayah siswa, Dwi (47), menyatakan bahwa permintaan untuk menggunting seragam tersebut datang langsung dari istrinya. Dwi mengatakan bahwa guru tersebut telah menghubungi istrinya untuk meminta persetujuan.

“Anak saya memang menolak untuk memakai seragam baru, meskipun sudah dibelikan.” Jadi, setelah beberapa kali ditegur, guru menghubungi istri saya dan meminta agar seragam tersebut dipotong,” ujar Dwi.

Dwi menegaskan bahwa ia tidak mempermasalahkan tindakan guru yang memotong seragam anaknya, karena hal itu sudah disetujui oleh orang tua.

“Saya menerima keputusan ini, bahkan istrilah yang meminta agar seragam itu dipotong agar anak kami memakai seragam yang benar,” tambah Dwi.

Dengan klarifikasi tersebut, diharapkan pemahaman mengenai kejadian ini menjadi lebih jelas bagi masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *