Tag Archives: BPS

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Terus Terjaga

Pada 18 November 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 54 bulan berturut-turut. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa, menunjukkan stabilitas dan ketahanan ekonomi Indonesia meskipun menghadapi tantangan global yang kompleks. Surplus ini tercatat mencapai lebih dari 3 miliar dolar AS pada bulan Oktober 2024, didorong oleh ekspor yang tetap kuat dan lebih tinggi dari impor.

BPS menjelaskan bahwa surplus neraca perdagangan ini terutama didorong oleh kinerja sektor ekspor yang terus menunjukkan tren positif. Sumber utama ekspor Indonesia, seperti produk pertambangan, minyak dan gas, serta komoditas pertanian, mengalami peningkatan permintaan dari pasar internasional, terutama negara-negara mitra dagang utama seperti China, Amerika Serikat, dan Jepang. Meskipun ada penurunan harga komoditas global, volume ekspor Indonesia masih relatif stabil.

Sementara itu, impor Indonesia tercatat sedikit menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, berkat kebijakan pemerintah yang fokus pada pengurangan ketergantungan terhadap impor barang konsumsi dan memperkuat industri dalam negeri. Hal ini turut membantu menjaga keseimbangan dalam neraca perdagangan. Selain itu, kebijakan peningkatan kapasitas produksi domestik dan pengembangan sektor manufaktur menjadi faktor penopang yang kuat dalam pengendalian impor.

Dengan surplus neraca perdagangan yang berkelanjutan, ekonomi Indonesia diprediksi akan terus stabil meskipun menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Keberlanjutan surplus ini memberikan dampak positif terhadap cadangan devisa negara dan memperkuat posisi rupiah di pasar global. Pemerintah Indonesia berharap dapat mempertahankan momentum ini dengan terus mendorong ekspor, memperbaiki daya saing produk dalam negeri, dan memperkuat kebijakan ekonomi yang berbasis pada produksi domestik.

Data Terbaru Beberapa Tanda Jelas Ekonomi RI Semakin Memburuk

Pada tanggal 11 Oktober 2024, sejumlah data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini mencapai angka terendah dalam lima tahun terakhir, yaitu hanya 3,1%. Penurunan ini mengkhawatirkan, terutama mengingat target pertumbuhan pemerintah yang sebesar 5,2%.

Salah satu tanda jelas memburuknya ekonomi adalah peningkatan tingkat pengangguran. Data terbaru menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia naik menjadi 7,4%, meningkat dari 6,2% pada tahun sebelumnya. Banyak perusahaan yang melakukan pemangkasan karyawan akibat tekanan biaya operasional dan penurunan permintaan pasar. Hal ini menciptakan dampak sosial yang signifikan, terutama di kalangan generasi muda yang sedang mencari pekerjaan.

Inflasi juga menjadi masalah besar bagi perekonomian Indonesia. Pada bulan September 2024, inflasi tercatat sebesar 9,5%, jauh di atas target pemerintah yang hanya 3%. Kenaikan harga bahan pokok, seperti pangan dan energi, menjadi penyebab utama. Masyarakat kini semakin kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang berimbas pada penurunan daya beli dan konsumsi.

Ketidakpastian di pasar global juga turut memperburuk kondisi ekonomi Indonesia. Gejolak ekonomi di negara-negara besar, seperti AS dan China, berdampak pada investasi asing dan ekspor Indonesia. Pengusaha menjadi lebih ragu untuk berinvestasi, sehingga menghambat pertumbuhan sektor-sektor vital.

Ke depan, pemerintah dihadapkan pada tantangan besar untuk mengatasi masalah ini. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan menanggulangi dampak sosial yang ditimbulkan. Jika tidak, kondisi ini dapat berlanjut dan memperburuk kehidupan masyarakat.